Laki-laki berbadan kecil itu hidup tanpa merasa bahagia semenjak ia menjadi kacung di kapal Bajak Laut Alvida. Coby namanya. Namun, suatu ketika ia berjumpa Luffy. Pertemuan tak sengaja itu membawa perubahan dalam hidup Coby.

Coby punya cita-cita, menjadi Angkatan Laut. Akan tetapi, ia terlalu penakut. Melawan Alvida saja tidak berani. Sampai pada saat itu, dalam chapter 2, di samping Luffy, Coby lantang bicara bahwa Alvida yang selalu merasa paling cantik adalah perempuan jelek, kejam, dan paling memuakkan di seluruh penjuru lautan. Setelah itu, dalam hatinya ia tahu hal buruk akan segera terjadi. Memang berisiko, karena Coby belum mengetahui bahwa Luffy bisa menolongnya karena orang bertopi jerami itu lebih kuat dari Alvida.

Meskipun tahu berisiko dan berbahaya, ia yakin ia benar. Dan yang penting, Coby tidak menyesal. "Aku tidak akan menyesal," batinnya.

Setelah itu, Luffy menghajar Alvida. Coby bebas, ikut Luffy sampai akhirnya ia bergabung dengan Angkatan Laut. Mengatakan atau tidak mengatakan tentang keburukan Alvida di depan orangnya, Coby tetap akan bebas. Karena, Luffy pasti tetap akan mengalahkan Alvida kala itu. Namun, dengan memilih mengatakan, itu keputusan tepat. Sebab, dengan demikian ia membuktikan bahwa meski penakut, ada juga detik-detik di mana keberaniannya muncul. Dan yang paling penting, ia tidak menyesal meski tahu berisiko.

Ratusan chapter kemudian, Coby ikut dalam perang besar. Perang itu dikenal sebagai Perang Puncak Marineford. Terpidana mati, Ace, telah dibunuh Akainu. Pemimpin musuh, Shirohige, juga telah tewas. Akan tetapi, Angkatan Laut tak niat berhenti. Musuh yang sudah kehilangan semangat bertarung mereka kejar terus sepenuh hati.

Coby melihat itu salah. Dengan berani, ia menghalangi Akainu sambil berkata, "Cukup sampai di situ. Sudah hentikan. Hentikan perang ini. Ini hanya membuang-buang nyawa! Padahal, tujuan kita sudah tercapai. Tapi, kalian terus mengejar bajak laut yang sudah tak niat berperang. Menginginkan perang yang seharusnya sudah dapat dihentikan dengan mengabaikan menolong para tentara yang masih bisa diobati sekarang, dan terus menambah jumlah korban. Bukankah akibatnya yang gugur akan terlihat seperti ... orang bodoh saja?"

Akainu hendak membunuh Coby. Kala tinju magmanya makin dekat, Coby bicara dalam hati, mirip seperti saat ia di depan Alvida yang hendak membunuhnya, "Aku tidak menyesal." Untung saja, nyawa Coby tertolong berkat Shanks.

Coby berani bertaruh nyawa demi mengatakan kebenaran. Kejujuran dan keberanian, Coby punya itu. Harusnya, kita pun bisa begitu. Terkadang, kita terlalu takut berkata jujur, kita terlalu ragu melakukan sesuatu yang sebenarnya adalah baik. Namun, harusnya kita bisa menciptakan sendiri "detik-detik" keberanian dalam kehidupan kita, dan tanpa merasa menyesal.

"Aku tak menyesal," kata Coby. Begitu juga harusnya tiap orang, jika apa yang ia sampaikan atau lakukan adalah benar.

Related Posts

Silakan pilih sistem komentar anda ⇛   

0 komentar untuk ONE PIECE - Tidak Menyesal